Makalah Proses Kewirausahaan
Ditujukan
guna memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan
Dosen
Pembimbing: Mardiyani.,SPd.,MSi.
Disusun
oleh kelompok 1:
Suherlan 114020094
Wahyu
R 114020099
Janudin
114020103
M.Fathurrido 114020119
M.Edo
Mahesa 114020122
Tingkat/Kelas:
3/C
Program
Studi Manajemen
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Swadaya Gunung Jati Cirebon
Tahun
2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang proses kewirausahaan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak termasuk kepada Ibu Mardiyani.,SPd.,MSi selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan makalah ini..
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah tentang proses kewirausahaan ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak termasuk kepada Ibu Mardiyani.,SPd.,MSi selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan dalam pembuatan makalah ini..
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah tentang proses kewirausahaan ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Cirebon,8 April 2017
Hormat kami,
Penyusun.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.......................................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................................................iii
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai risiko yang mungkin dihadapinya (Suryana,
2003).
Menurut
Marzuki Usman (Suryana,2003)
wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan
mengombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja,
keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi
usaha baru. Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur
internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan,
semangat, dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha. Menurut Suryana (2003) ada enam hakekat penting
kewirausahaan yaitu sebagai berikut:
1.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil
bisnis.
2.
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new and different).
3.
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
4.
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up
phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
5.
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai
lebih.
6.
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Dalam
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kewirausahaan adalah sesuatu
kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan
kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah
barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
1.2 Tujuan Makalah
Adapun
tujuan dari makalah proses kewirausahaan ini adalah :
a. Dapat memahami pengertian tentang kewirausahaan.
b. Dapat memahami model,faktor-faktor yang mempengaruhi
kewirausahaan.
c. Memberikan gambaran akan tahap-tahap dan resiko dalam
berwirausaha kepada mahasiswa dan pelaku usaha pemula.
d. Menumbuhkan semangat dan mengembangkan jiwa
berwirausaha bagi mahasiswa.
e. Memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan .
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari kewirausahaan?
2.
Apa saja model kewirausahaan?
3.
Faktor apa saja dalam tahap permulaan dan pertumbuhan
kewirausahaan?
4.
Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan kewirausahaan?
1.4 Metode Penulisan
Penulis
dalam menyusun makalah ini menggunakan pengumpulan bahan makalah sebagai
berikut:
a.
Sumber Tertulis
Dalam hal ini penyusun menggunakan sumber tertulis
dari beberapa buku,diantaranya: 1. Yuyus suryana,kewirausahaan “pendekatan
karakteristik wirausahawan sukses”.
2. Graha ilmu,kompetensi
kewirausahaan”teori,pengukuran kewirausahaan”
3. Dr.Buchari Alma,”kewirausahaan”r. Buchari Alma "Kewirausahaan".
b.
Studi Browsing
Dalam metode ini penulis membrowsing website dan
aplikasi buku online yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Definisi Kewirausahaan
Menurut
Suryana (2013) kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan
tindakan yang inovatif demi terciptanya peluang.
Dalam lampiran keputusan Menteri
Koperasi dan Pembinaan Perusahaan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan
bahwa :
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Menurut Meredith dalam Suryana(2013) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Menurut Meredith dalam Suryana(2013) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ciri-ciri dan
watak kewirausahaan
Ciri-Ciri
|
Watak
|
Percaya
diri
|
Keyakinan,ketidktergantungan,individualitas,optimisme
|
Beorientasi
pada tugas dan hasil
|
Kebutuhan
untuk berprestasi,berorientasi laba,ketekunan dan ketabahan,tekad kerja
keras,mempunyai dorongan kuat,energik,dan inisiatif
|
Kepemimpinan
|
Perilaku
sebgai pemimpin,bergaul dengan orang lain,menanggapi saran dan kritik-kritik
|
Keorisinilan
|
Inovatif
dan kreatif serta fleksibel
|
Berorientasi
ke depan
|
Pandangan
kedepan dan perspektif
|
Pengambilan
resiko dan suka tantangan
|
Kemampuan
untuk mengambil resiko yang wajar
|
Setiap
orang secara terus-menerus mencari kesempatan untuk memulai suatu bisnis. Pada
waktu mereka mencari pasar dan mampu menjalankan bisnis, mereka bertindak
sebagai seorang wirausaha yang berpotensi.
Eksistensi kewirausahaan pada saat ini dan masa yang akan datang
mutlak diperlukan. Hal ini sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada
paradigma pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm shift) dan
perubahan ke arah globalisasi (globalization paradigm shift) yang
menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan sehingga diperlukan
adanya perubahan paradigma pendidikan (Suryana, 2003).
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan
berbagai risiko yang mungkin dihadapinya (Suryana, 2003). Disiplin ilmu
kewirausahaan mengalami perkembangan yang pesat bukan hanya pada dunia usaha
semata melainkan juga pada berbagai bidang, seperti bidang industri,
perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi lainnya, seperti pada
birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dalam
bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan sebagai kompetensi inti (core
competency) dalam menciptakan perubahan, pembaruan, dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka
pendek, tetapi juga dapat digunakan sebagai kiat kehidupan secara umum yang
berjangka panjang untuk menciptakan peluang. Di bidang bisnis, misalnya banyak
perusahaan yang sukses dan memperoleh banyak peluang karena memiliki
kreativitas dan keinovasian. Melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha
menciptakan nilai tambah barang dan jasa sehingga banyak menciptakan keunggulan
bersaing. Sebagai contoh sebagai hasil
proses kreativitas dan inovatif di bidang teknologi telah menjadikan perusahaan
komputer IBM dan Toyota menjadi perusahaan yang unggul. Dalam bidang
pemerintahan, seperti dikemukakan oleh Osborne
dan Gaebler (1992), pemerintahan saat ini dituntut untuk bercorak
kewirausahaan (entrepreneurial government).
Dengan memiliki jiwa/corak
kewirausahaan maka birokrasi dan institusi akan memiliki motivasi, optimisme,
dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien, efektif,
inovatif, fleksibel, dan adaptif.
Siagian (1999), mengelompokkan
wirausaha berdasarkan semangat, perilaku, dan kemampuan wira usahanya menjadi
tiga tingkatan, yaitu:
1.
wirausaha awal;
2.
wirausaha tangguh;
3. wirausaha unggul.
Pengelompokan
lainnya adalah sebagai berikut.
1. Administrative
Entrepreneur, yaitu wirausaha yang perilaku dan kemampuannya yang lebih
menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya
menjadi output dan memasarkannya secara efisien.
2. Innovative Entrepreneur, yaitu wirausaha yang perilaku
dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mampu mengantisipasi
dan menghadapi risiko.
3. Catalyst
Entrepreneur, yaitu para pelopor atau penggerak kewirausahaan yang berasal
dari luar usaha wirausaha, seperti dari unsur pendidikan (perguruan tinggi),
instansi terkait (Dinas Koperasi dan UKM).
2.2 Model Proses Kewirausahaan
Noore pada Bygrave (1996) dalam Suryana (2003), menyatakan bahwa proses kewirausahaan
diawali dengan adanya inovasi. Inovasi itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik yang berasal dari pribadi maupun dari luar pribadi, seperti
pendidikan, sosial, organisasi, kebudayaan, dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut membentuk locus of control kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan, kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar
seperti dinyatakan Prawirokusumo
(1977) dalam Suryana (2003).
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan,
dan pengalaman, sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi, antara lain
adalah model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang
menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi,
dan keluarga. Noore pada Bygrave (1996) dalam Suryana (2003), menyajikan Model Proses
Kewirausahaan pada Gambar 1.1 berikut ini
Kewirausahaan
berkembang dan diawali dengan inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi,
sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah
pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai
pribadi, pendidikan, pengalaman, ketidakpuasan, pendidikan, usia, dan komitmen,
sedangkan faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah peluang, model
peranan, dan aktivitas, sedangkan kejadian pemicu yang berasal dari faktor
sosial, meliputi jaringan kelompok, orang tua, keluarga, dan model peranan. Seperti
halnya pada tahap perintisan kewirausahaan maka pertumbuhan kewirausahaan
sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan.
Faktor
lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing,
pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang membantu pendanaan
(investor/bankir). Faktor yang berasal dari pribadi adalah
komitmen,visi,kepeimpinan dan kemampuan manajerial. Sedangkan faktor yang
berasal dari organisasi adalah kelompok,strategi,struktur,budaya,dan produk. Ciri
penting fase permulaan dan proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil
menurut Suryana (2003) yang
didasarkan atas sebagai berikut ini.
1. Tahap Imitasi dan Duplikasi (Imitating
and Duplicating).
2. Tahap Duplikasi dan Pengembangan (Duplicating
and Developing).
3. Tahap Menciptakan
Sendiri Barang dan Jasa Baru yang Berbeda (Create New and Different).
Pada
tahap proses imitasi dan duplikasi wirausahawan mulai meniru ide-ide orang
lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya diawali dengan meniru
usaha orang lain, dan dalam menciptakan jenis barang yang akan dihasilkan
meniru jenis produk yang sudah ada. Teknik produksi, desain, proses, organisasi
usaha, dan pola pemasarannya ke semuanya meniru yang sudah ada.
Pada
tahap duplikasi dan pengembangan, para wirausahawan mulai mengadakan
pengembangan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk, misalnya
wirausahawan mulai mengembangkan produknya dengan diversifikasi dan
diferensiasi berdasarkan desain sendiri. Dalam organisasi usaha dan pemasaran
wirausahawan mulai mengembangkan model-model organisasi usaha dan pemasarannya.
Pada tahap ini, umumnya wirausahawan memosisikan dirinya sebagai pengikut pasar
(market follower) dalam kegiatan pemasarannya.
Tahap menciptakan
sendiri barang dan jasa baru yang berbeda (create new and different)
dapat timbul apabila wirausahawan mulai bosan dengan proses produksi yang sudah
ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada mulai timbul
disertai adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul. Pada tahap
ini, organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang luas pula, produk mulai
diciptakan sendiri berdasarkan riset pasar sehingga produk yang dibuat adalah
yang laku dijual dan dibutuhkan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang
pasar (market challenger), bahkan pemimpin pasar (market leader).
Produk-produk unik yang mengendalikan pasar (market driven) mulai
diciptakan, dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi, trend, dan
selera konsumen.
2.3
Tahap-Tahap Kewirausahaan
Berdasarkan proses kewirausahaan, Zimmer (1996) dalam Suryana (2003) membagi fase perkembangan kewirausahaan menjadi dua,yaitu
Berdasarkan proses kewirausahaan, Zimmer (1996) dalam Suryana (2003) membagi fase perkembangan kewirausahaan menjadi dua,yaitu
1. Fase awal (perintisan).
2. Fase pertumbuhan.
Keterangan
|
Fase
awal (start up) kewirausahaan
|
Fase
pertumbuhan (growth) kewirausahaan
|
Tujuan
dan Perencanaan
|
Kesinambungan
dan tujuan rencana pokok (menciptakan ide-ide ke pasar)
|
Tumbuh
sederhana,efisien,berorientasi pada laba,dan rencana langsung untuk
mencapainya.
|
Sifat
atau ciri-ciri kunci personal
|
1.
Memfokuskan pada masa yang akan
datang daripada masa-masa sekarang,usaha-usaha menengah diarahkan pada masa
sekarang.
2.
Pengambil resiko yang moderat
dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan dan kegagalan.
3.
Kapasaitas untuk menemukan
ide-ide inovasi yang memberi kepuasan kepada konsumen.
4.
Pengetahuan teknik dan inovasi
pada bidangnya.
|
1.
Memfokuskan pada masa yang akan
datang daripada masa-masa sekarang,usaha-usaha menengah diarahkan pada masa
sekarang.
2.
Pengambil resiko yang moderat
dengan tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan dan kegagalan.
3.
Kapasitas untuk menempa selama
pertumbuhan cepat kemurnian organisasi dan kemampuan berhitung.
4.
Pengetahuan manajerial dan
pengalaman dengan menggunakan orang lain dan sumber yang ada.
|
Sifat
untuk desain
|
1.
Struktur pola yang sederhana dan
luas dengan jaringan kerja dan komunikasi yang luas secara horizontal.
2.
Otoritas pengambil keputusan
dimiliki oleh kewirausahaan
3.
Informal dan sistem kontrol
personal
|
1.
Struktur yang fungsional atau
vertikal. Akan tetapi saluran komunikasi informasi sering di gunakan.
2.
Mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan kepada manajer level kedua. kuasi formal (tidak terlalu
kompleks atau bekerjasama) dalam beroperasi.
|
2.4 Faktor Pemicu Kewirausahaaan
Ide kreatif dan inovatif wirausahawan kadangkala akan
muncul melalui proses imitasi (peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang
menjadi proses berbeda (inovasi). Kemampuan berinovasi wirausahawan dipengaruhi
oleh berbagai factor, baik yang berasal dari diri pribadi maupun dari
lingkungan. Factor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah dorongan untuk
berprestasi, komitmen yang kuat, nilai – nilai pribadi, pendidikan dan
pengalaman yang dimiliki (terinternalisasi). Inovasi ini dipicu oleh factor
pemicu yang berasal dari lingkungan pada waktu inovasi, yaitu peluang, model
peran, dan aktivitas. Kewirausahaan muncul apabila memiliki motivasi, komitmen
(kesungguhan), nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor pribadi
akan berkembang bila dipicu oleh lingkungan, seperti peluang, peran, aktivasi,
persaingan, sumberdaya, incubator, kebijakan pemerintah, pesaing, pelanggan,
pemasok, investor, dan banker lainnya.
Menurut
McClelland (1961) dalam Suryana (2003) bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme
(optimism), sikap-sikap nilai (value attitudes) dan status
kewirausahaan (entrepreneurial status) atau keberhasilan. Perilaku
kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
terdiri atas hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi dan insentif, sedangkan
faktor eksternal adalah lingkungan. Dalam kemampuan afektif (affective
ability) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang
sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada maka dimensi kemampuan
afektif dan kemampuan kognitif (cognitive ability) merupakan bagian dari
pendekatan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurial).
2.5 Faktor Keberhasilan Kewirausahaan
Untuk menjadi
wirausahawan yang sukses, hal utama yang perlu dimiliki, yaitu tujuan atau
visi bisnis yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk
menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila sudah memiliki kesiapan dalam
menghadapi risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha,
mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus
bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan
hubungan baik dengan mitra usahanya maupun dengan semua pihak terkait dengan
kepentingan perusahaan, dan pada puncaknya seorang wirausahawan harus memiliki
tanggung jawab terhadap kesuksesan maupun kegagalan bisnisnya. Dun
Steinhoff & John F. Burgess (1993) mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk mencapai
pengembangan dan keberhasilan berwirausaha sebagai berikut :
1. Untuk menjadi wirausahawan yang sukses,
seseorang harus memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan
keberanian untuk menghadapi risiko, baik waktu maupun uang. Apabila ada
kesiapan menghadapi risiko.
2. Bila ingin sukses harus membuat
perencanaan usaha mengorganisasikan, dan menjalankannya. Agar usaha tersebut
berhasil, selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausahawan
harus maupun semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Sukses dalam berwirausaha tidak diperoleh secara tiba-tiba atau instan dan
secara kebetulan, menuju kewirausahaan sukses menurut Dun Steinhoff & John F. Burgess (1993) yaitu :
a. Memiliki visi dan tujuan usaha.
b. Berani mengambil rikiso waktu dan uang.
c. Merencanakan, mengorganisasikan, dan menjalankan.
d. Bekerja keras.
e. Membangun hubungan dengan
karyawan, pelanggan, pemasok, dan yang lainnya.
f. Bertanggungjawab atas kesuksesan dan kegagalan.
Setyawan (1996) menyatakan bahwa
langkah-langkah keberhasilan berwirausaha sebaiknya bertolak dari kompetensi
wirausaha, yaitu:
1.
mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan sendiri untuk berwirausaha
2.
memastikan apakah ada celah/peluang yang masih terbuka
3. menyiapkan
dana untuk investasi tertentu dan operasi yang sesuai
4.
menyiapkan tempat usaha dan sarana yang dibutuhkan
5.
merekrut tenaga kalau diperlukan lebih dari seorang pelaksana
6.
memasarkan barang/pelayanan khas
7.
menguasai segmen pasar khusus.
Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan tiga faktor, yaitu yang
mencakup hal-hal berikut :
1. Kemampuan dan kemauan. orang yang tidak memiliki
kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak
memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak
memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang
yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduannya tidak
akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang,
sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita
menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu peluang yang
datang kepada kita.
2.6 Faktor Kegagalan Kewirausahaan
Selain
keberhasilan, seorang wirausahawan juga selalu dibayangi oleh potensi kegagalan
yang akan memberikan lebih banyak pelajaran dibandingkan sekedar kesuksesan. Zimmerer
(1996)
dalam Suryana (2003) menyatakan
bahwa kegagalan wirausahawan dalam mengelola bisnisnya dapat disebabkan hal-hal
sebagai berikut.
1. Tidak kompeten dalam
manajerial, yaitu dicirikan dengan rendahnya kemampuan serta kinerja di dalam
pengelolaan usahanya.
2. Kurang memiliki
pengalaman dalam berbagai segi, misalnya dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola
sumber daya manusia, maupun kemampuan mensinergikan operasionalisasi
perusahaan.
3. Kurang dapat
mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik maka aspek
keuangan harus betul-betul diperhatikan, misalnya menjaga likuiditas perusahaan
melalui pengendalian arus kas. Mengendalikan setiap pengeluaran biaya dan
penerimaan baik dari pinjaman maupun dari hasil penjualan produk.
4. Adanya kegagalan
dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,
apabila suatu rencana gagal maka akan berdampak terhadap terhambatnya operasi
perusahaan.
5. Lokasi kurang
memadai. Lokasi usaha merupakan faktor yang strategis, apabila salah dalam
memilih lokasi maka berakibat terhadap terhambatnya operasi perusahaan.
6. Kurangnya pengawasan
peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap kurang
sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha
akan mengakibatkan usaha yang dijalankan menjadi labil dan dapat mengakibatkan
kegagalan fatal
8. Ketidakmampuan dalam
melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap
menghadapi dan melakukan perubahan, cepat atau lambat akan tergusur oleh zaman
dan mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan usaha. Keberhasilan usaha hanya
dapat diperoleh apabila wirausahawan memiliki keberanian mengadakan perubahan
dan adaptif terhadap peralihan waktu.
Kegagalan
juga dapat ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang bersumber pada sifat pribadi
yang penuh keraguan, dan hidup tanpa pedoman ataupun orintasi yang tegas,
misalnya sebagai berikut :
1.
Suka meremehkan mutu.
2.
Suka menerobos atau mengambil jalan pintas.
3.
Tidak memliki kepercayaan diri.
4.
Tidak disiplin.
5.
Suka mengabaikan tanggung jawab.
2.7 Keuntungan dan Kerugian Kewirausahaan
Keuntungan
dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha
kecil milik sendiri. Lambing dan Kuehl
(2000) dalam Suryana
(2003) menguraikan tentang keuntungan dan kerugian sebagai wirausahawan adalah
sebagai berikut.
Keuntungan Wirausaha
|
Kerugian Wirausaha
|
Otonomi
Pengelolaan yang bebas tidak terikat membuat
wirausaha menjadi seorang bos yang penuh kepuasan.
|
Pengorbanan personal
Pada awalnya wirausahawan harus bekerja dengan
memerlukan waktu yang lama,menyibukan,bahkan melelahkan. Sedikit sekali waktu
yang diluangkan untuk kepentingan keluarga,rekreasi. Hampir seluruh waktunya
digunakan untuk bisnis.
|
Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi
Tantangan awal atau perasaan motivasi yang tinggi
merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang
dapat menghasillkan keuntungan yang memotivasi wirausahawan.
|
Beban tanggung jawab
Wirausahawan harus mengelola semua fungsi bisnis
diantaranya adalah pemasaran,keuangan,pegawai,pengadaan,dan pelatihan
|
Kontrol Finansial
Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai
kekayaan milik sendiri.
|
Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan kegagalan
Wirausahawan menggunakan modal milik sendiri maka
profit margin yang diperoleh relatif lebih kecil dan harus menghadapi adanya
kegagalan
|
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Ilmu
kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya (Suryana, 2003). Menurut Suryana (2013) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif
yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses,
inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan yang inovatif demi
terciptanya peluang. Noore
pada Bygrave (1996) dalam Suryana (2003),
menyatakan bahwa proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi
itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi
maupun dari luar pribadi, seperti pendidikan, sosial, organisasi, kebudayaan,
dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control kreativitas,
keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan, kemudian berkembang menjadi
wirausaha yang besar seperti dinyatakan Prawirokusumo
(1977) dalam Suryana (2003). Berdasarkan proses kewirausahaan, Zimmer
(1996) dalam Suryana (2003) membagi fase perkembangan kewirausahaan
menjadi dua,yaitu
1. Fase awal (perintisan).
2. Fase pertumbuhan.
Factor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah dorongan untuk berprestasi,
komitmen yang kuat, nilai – nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman yang
dimiliki (terinternalisasi). Inovasi ini dipicu oleh factor pemicu yang berasal
dari lingkungan pada waktu inovasi, yaitu peluang, model peran, dan aktivitas.
Kewirausahaan muncul apabila memiliki motivasi, komitmen (kesungguhan),
nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Faktor pribadi akan berkembang
bila dipicu oleh lingkungan, seperti peluang, peran, aktivasi, persaingan,
sumberdaya, incubator, kebijakan pemerintah, pesaing, pelanggan, pemasok,
investor, dan banker lainnya.
Keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan tiga faktor, yaitu yang
mencakup hal-hal berikut :
1. Kemampuan dan kemauan. orang yang tidak memiliki
kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak
memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak
memiliki tekad yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk bekerja keras dan orang
yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekad yang kuat, keduannya tidak
akan menjadi wirausahawan yang sukses.
4. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang,
sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita
menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari menunggu peluang yang
datang kepada kita.
Kegagalan dapat ditimbulkan oleh dasar kelemahan yang
bersumber pada sifat pribadi yang penuh keraguan, dan hidup tanpa pedoman
ataupun orintasi yang tegas, misalnya sebagai berikut :
1.
Suka meremehkan mutu.
2.
Suka menerobos atau mengambil jalan pintas.
3.
Tidak memliki kepercayaan diri.
4.
Tidak disiplin.
5.
Suka mengabaikan tanggung jawab.
Lambing dan Kuehl
(2000) dalam Suryana (2001) menguraikan tentang keuntungan dan kerugian
sebagai wirausahawan adalah sebagai
berikut
A.
Keuntungan dalam
berwirausaha:
1.
Otonomi, pengelolaan
yang bebas tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang bos yang penuh
kepuasan.
2.
Tantangan awal dan motif berprstasi, tantangan awal atau perasaan motivasi yang tinggi
merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang
dapat menghasillkan keuntungan yang memotivasi wirausahawan.
3.
Kontorl finansial, bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai kekayaan milik sendiri.
B.
Kerugian dalam berwirausaha
1.
Pengorbanan pribadi, pada awalnya wirausahawan harus bekerja dengan memerlukan waktu yang
lama,menyibukan,bahkan melelahkan. Sedikit sekali waktu yang diluangkan untuk
kepentingan keluarga,rekreasi. Hampir seluruh waktunya digunakan untuk bisnis.
2.
Beban tanggung jawab, wirausahawan harus mengelola semua fungsi bisnis diantaranya adalah
pemasaran,keuangan,pegawai,pengadaan,dan pelatihan.
3.
Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan kegagalan, wirausahawan menggunakan modal milik sendiri maka profit
margin yang diperoleh relatif lebih kecil dan harus menghadapi adanya
kegagalan.
3.2 Saran
Demikianlah
makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang saya paparkan bisa menjadi
tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia kewirausahaaan. Setelah kami
membuat dan menyusun makalah tentang analisis kewirausahan ini, kami memberi
saran, pentinglah bagi seorang calon wirausaha untuk mempelajari dari hal-hal
yang mendasar terlebih dahulu. Karena, jika kita mengambil langkah yang terburu-buru,
misalnya ; seseorang yang hanya mempunyai modal dan keberanian saja tanpa tahu
ilmu-ilmu dasarnya maka bukanlah hal yang aneh jika ia akan mengalami kegagalan
dalam usahanya. Artinya, apa yang telah dijelaskan diatas adalah elemen-elemen
dasar yang harus dimiliki dan diketahui oleh seorang calon wirausaha untuk
mulai melangkah.
Oleh karena itu, untuk menjadi
seorang wirausahawan yang sukses haruslah mengikuti apa yang menjadi
karakteristik juga kita-kiat menjadi seorang wirausahawan yang sukses sebagaimana
yang telah dijelaskan. Kami
menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai
apa yang di harapkan,untuk itu kami
berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen pembimbing dan rekan
mahasiswa semua.
3.3 Daftar Pustaka
1. Yuyus suryana,kewirausahaan “pendekatan
karakteristik wirausahawan sukses”.
2. Graha ilmu,kompetensi
kewirausahaan”teori,pengukuran kewirausahaan”.
3. Dr.Buchari Alma,”kewirausahaan”.
3.4 Lampiran
-
Lampiran berisi
semua dokumen yang digunakan dalam penyusunan makalah dan hasilnya merupakan
satu kesatuan dari makalah yang disusun.
-
Disetiap
lampiran diberi nomer urut dan judul sesuai urutan penggunaannya.
-
Lampiran harus
disusun sejalan dengan urutan fungsinya dalam makalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar